Kamis, 08 Oktober 2015

Abu Said Al-khudri



Kehidupan Said Al-Khudri
Abu Said al Khudri adalah seorang sahabat Anshar. Abu Sa’id lebih dikenal dengan nama aslinya adalah Sa’ad bin Malik bin Sinan. Ia dibawa ayahnya Malik bin Sinan syahid menemui Nabi SAW untuk memeluk Islam saat masih berusia sepuluh tahun. Ketika terjadi perang Uhud, Abu Said al Khudri baru berusia 13 tahun, tetapi telah ia diajak ayahnya untuk ikut bergabung dengan pasukan yang siap berangkat membela panji-panji keimanan. Sayangnya keberadaannya ini diketahui oleh Rasululllah SAW, dan beliau melarangnya mengikuti pertempuran ini. Ayahnya berdalih bahwa anaknya ini kuat, mempunyai ketrampilan bertempur dan semangat tinggi untuk berjihad, tetapi beliau tetap saja menolak karena usianya yang masih sangat muda.
Dalam Perang Uhud itu ayahnya menemui syahidnya, dan tidak meninggalkan harta yang mencukupi untuk anak-anaknya yang masih kecil. Karena itu Abu Said berniat meminta bantuan keuangan kepada Nabi SAW untuk menunjang kehidupannya. Tetapi ketika ia sampai di majelis Rasulullah SAW, ia mendengar beliau bersabda, "Barang siapa yang meminta kesabaran, maka ia akan memperoleh kesabaran. Barang siapa yang meminta kesucian, maka ia akan memperoleh kesucian. Dan barang siapa yang menginginkan kekayaan, maka Allah akan memberikan kekayaan kepadanya…"
Abu Said merenungi sabda Nabi SAW tersebut. Walaupun ia belum menyampaikan maksudnya, tetapi ia merasa sabda beliau itu ditujukan kepada dirinya, karena itu ia memutuskan untuk membatalkan keinginannya meminta bantuan keuangan. Ia kembali pulang dengan diam-diam. Sepertinya Nabi SAW, secara tidak langsung, ‘memberikan’ pilihan kepada dirinya untuk memilih duniawiah seperti keinginannya semula, atau pilihan akhirat, di mana ia harus bersabar dan menyucikan jiwanya. Dan Abu Sa’id sepertinya lebih condong untuk memilih kehidupan akhirat seperti dicontohkan Nabi SAW dan umumnya para sahabat lainnya.
Abu Said menjalani kehidupan dengan apa adanya seperti air mengalir, karena ia meyakini pada dasarnya rezeki telah dijamin Allah. Seperti kebanyakan sahabat yang hidup dalam keadaan miskin, ia lebih banyak menghabiskan waktunya untuk beribadah dan menghadiri majelis pengajaran Rasulullah SAW. Ketika ada pasukan yang akan dikirim untuk suatu pertempuran, maka ia akan ikut serta, karena ia sangat menginginkan bisa memperoleh kesyahidan seperti ayahnya. Tetapi tampaknya Allah mempunyai rencana yang lain untuk dirinya selain kesyahidan.
Dengan usianya yang muda, ia lebih mudah menyerap dan merekam pengajaran dan contoh perilaku Nabi SAW. Ia mengalami pergantian khalifah demi khalifah, dan pengenalannya akan Rasulullah SAW menjadikan dirinya salah satu sahabat yang menjadi sumber rujukan bagi mereka yang ingin mengenal beliau lebih dalam, khususnya bagi mereka yang belum pernah bertemu Nabi SAW. Itulah sebabnya di kemudian hari Abu Sa'id al Khudri menjadi salah satu sahabat yang banyak meriwayatkan hadits Nabi SAW.
.
Peperangan yang diikuti Said Al-Hudri
Abu Said turut serta dalam dua belas peperangan dari ghazwa yang dipimpin oleh Rasulullah Saw. Demikian juga, pada peperangan pada masa para khalifah, khususnya dalam perang-perang pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib As
Guru Said Al-Hudri
Karena beliau hidup dizaman rasullah dan termasuk sahabat maka guru beliau ialah nabi
Muhammad sallalahu alihi wa salam
Orang yang meriwayatkan hadits dari Abu Said Al-Hudri
Orang yang meriwayatkan hadis dari beliau ialah: anaknya sendiri Aburahman, istrinya Zainab bin Ka’ab bin Ajrad, Abdullah bin Umar, Abdullah bin Abbas, Abu Thufail, Nafi’ dan Ikramah.
Wafatnya Abu Said Al-Khudri
Pada peristiwa Harra, yaitu serangan membabi-buta pasukan Yazid ke Madinah. Sekelompok pasukan dari Syam tumpah dan menyerbu rumah Abu Said Al-Khudri dan bertanya, siapa kamu? Abu Said Al-Khudri berkata, “Abu Said Al-Khudri sahabat Rasulullah Saw.” “Kami sering mendengar namamu. Engkau telah melakukan hal yang terbaik dengan duduk berdiam diri di rumah dan tidak berperang melawan kami. Sekarang bawa seluruh apa pun yang engkau miliki ke hadapan kami.” Timpal orang-orang itu. Abu Said Al-Khudri berkata, “Demi Allah! Saya tidak memiliki apa-apa.” Orang-orang Syam itu menghajar dan menyiksanya. Janggutnya dipotong. Kemudian menjarah apa pun yang mereka dapatkan di rumah.
Imam Sajjad As bersabda, “Abu Said Al-Khudri adalah orang yang lurus dan mengayunkan langkah di jalan yang lurus. Namun ketika ajal menjemputnya, ia sekarat selama tiga hari hingga ia dimandikan dan dibawa ke tempatnya shalat. Di tempat itulah kemudian ia menghembuskan nafasnya yang terakhir.
Abu Said Al-Khudri meninggal dunia pada tahun 63 atau 64 Hijriah di kota Madinah al-Munawwarah. Ada yang mengatakan ia meninggal di masa Daulah Umayyah, yakni pada pemerintahan Khalifah Abdul Malik bin Marwan.
Hadis riwayat Abu Said Al-khudri
Beliau meriwayatkan 1170 hadits, diantaranya adalah:
Ø  Bahwa Nabi Shallallahu alaihi wassalam. bersabda: "Di antara umat sebelum kamu sekalian terdapat seorang lelaki yang telah membunuh sembilan puluh sembilan orang. Lalu dia bertanya tentang penduduk bumi yang paling berilmu, kemudian dia ditunjukkan kepada seorang pendeta. Dia pun mendatangi pendeta tersebut dan mengatakan, bahwa dia telah membunuh sembilan puluh sembilan orang, apakah tobatnya akan diterima? Pendeta itu menjawab: Tidak! Lalu dibunuhnyalah pendeta itu sehingga melengkapi seratus pembunuhan. Kemudian dia bertanya lagi tentang penduduk bumi yang paling berilmu lalu ditunjukkan kepada seorang alim yang segera dikatakan kepadnya bahwa ia telah membunuh seratus jiwa, apakah tobatnya akan diterima? Orang alim itu menjawab: Ya, dan siapakah yang dapat menghalangi tobat seseorang! Pergilah ke negeri Anu dan Anu karena di sana terdapat kaum yang selalu beribadah kepada Allah lalu sembahlah Allah bersama mereka dan jangan kembali ke negerimu karena negerimu itu negeri yang penuh dengan kejahatan! Orang itu pun lalu berangkat, sampai ketika ia telah mencapai setengah perjalanan datanglah maut menjemputnya. Berselisihlah malaikat rahmat dan malaikat azab mengenainya. Malaikat rahmat berkata: Dia datang dalam keadaan bertobat dan menghadap sepenuh hati kepada Allah. Malaikat azab berkata: Dia belum pernah melakukan satu perbuatan baik pun. Lalu datanglah seorang malaikat yang menjelma sebagai manusia menghampiri mereka yang segera mereka angkat sebagai penengah. Ia berkata: Ukurlah jarak antara dua negeri itu, ke negeri mana ia lebih dekat, maka ia menjadi miliknya. Lalu mereka pun mengukurnya dan mendapatkan orang itu lebih dekat ke negeri yang akan dituju sehingga diambillah ia oleh malaikat rahmat." (Shahih Muslim No.4967)
Ø  Rasulullah saw. melarang kita melakukan dua macam jual beli dan dua macam pakaian. Beliau melarang mulamasah dan munabadzah dalam jual beli
(Sahih Muslim: 2782)
Ø  Rasulullah saw. lebih pemalu daripada seorang gadis perawan di dalam kamarnya. Jika beliau tidak menyukai sesuatu kami dapat mengetahui dari raut wajahnya
(Sahih Muslim:4284)
Ø  Bahwasanya ia pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda: Tidak ada satu kepedihan pun atau keletihan atau penyakit atau kesedihan sampai perasaan keluh-kesah yang menimpa seorang muslim kecuali akan dihapuskan dengan penderitaannya itu sebagian dari dosa kesalahannya. (Shahih Muslim:4670)
Ø  Seorang wanita datang menemui Rasulullah saw. dan berkata: Wahai Rasulullah! Kaum lelaki dapat pergi mendengarkan hadismu, maka berikanlah kami satu hari dari waktumu agar kami mendatangimu untuk engkau ajarkan kepada kami dari ilmu yang telah Allah ajarkan kepadamu. Rasulullah saw. bersabda: Berkumpullah kamu sekalian pada hari ini dan ini! Kemudian mereka pun berkumpul pada hari itu lalu Rasulullah saw. mendatangi mereka dan mengajarkan kepada mereka apa yang telah Allah ajarkan kepada beliau. Kemudian beliau melanjutkan sabdanya: Tidak seorang wanita pun dari kamu sekalian yang ditinggal mati tiga orang anaknya kecuali mereka akan menjadi penghalang baginya dari api neraka. Lalu salah seorang wanita bertanya: Dan dua orang anak, dan dua orang anak dan dua orang anak? Rasulullah saw. menjawab: Dan dua orang anak, dan dua orang anak, dan dua orang anak. (Shahih Muslim:4768)
Ø      عَنْ أبي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ لِبَنِي إِسْرَائِيْلَ { ادْخُلُوا الْبَابَ سُجَّدًا وَقُوْلُوْا حِطَّةٌ تُغْفَرْ لَكُمْ خَطَايَاكُمْ } .
Dari Abu Sa'id al-Khudri, ia berkata: Telah bersabda Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam: "Telah berfirman Allah yang Maha Perkasa lagi Maha Tinggi kepada anak cucu Israil {Masukilah pintu gerbangnya sambil bersujud, dan katakanlah: "Bebaskanlah kami dari dosa", niscaya Kami ampuni kesalahan-kesalahanmu} (al-Baqarah, 2: 58)."
Ø  Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Apabila engkau mendengar azan, maka bacalah seperti yang dikumandangkan muazin. (Shahih Muslim No.576)
Kesimpulan
Abu Sa’id Al-Khudri adalah orang ke tujuh yang banyak meriwayatkan hadist dari Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam. Telah meriwayatkan 1.170 hadits. Nama  aslinya adalah Sa’ad bin Malik bin Sinan. Sejak umur 13 tahun ia telah mengikuti rasullah,dengan usianya yang muda, ia lebih mudah menyerap dan merekam pengajaran dan contoh perilaku Nabi SAW. Ia mengalami pergantian khalifah demi khalifah, dan pengenalannya akan Rasulullah SAW menjadikan dirinya salah satu sahabat yang menjadi sumber rujukan bagi mereka yang ingin mengenal hadis nabi, khususnya bagi mereka yang belum pernah bertemu Nabi SAW. Itulah sebabnya di kemudian hari Abu Sa'id al Khudri menjadi salah satu sahabat yang banyak meriwayatkan hadits Nabi SAW. Ia meninggal di masa Daulah Umayyah, yakni pada pemerintahan Khalifah Abdul Malik bin Marwan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar