Senin, 23 November 2015

MAKALAH AKLAQ TASAWUF 2



MAKALAH AKLAQ TASAWUF

“Implementasi Akhlaq Dalam Kehidupan”

Dosen Pembimbing : Maksudin
Mata Kuliah : Akhlaq Tasawuf
Kelompok  :
Nabilah Ulfah (15420004)
Hamasliko Mahdawati (15420015)
Siti Khur Fatonah (15420027)
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2015


KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatu
       Alhamdulillahirabbil’alamin segala puji dan syukur kehadirat Allah subhanahuwataala, yang telah memberikan nikmat kesehatan dan hidayah-Nya sehingga karya tulis ini dapat terselesaikan. Sholawat serta salam tercurahkan kepada sayyidina Muhammad sallahualaihiwasalam yang telah membawa umat manusia ke jalan yang lurus.
      Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada bapak selaku dosen pengajar mata kuliah akhlaq tasawuf yang terlah memberi kami tugas untuk menyusun makalah ini sehingga kami bisa belajar lebih banyak lagi bagaimana cara menyusun makalah.
       Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada para pembaca walaupun makalah ini masih banyak kekurangan dalam penyusunannya mohon untuk dapat memberikan saran dan kritiknya,Terima Kasih.
Wassalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh











DAFTAR ISI
Halaman Judul 1
Kata Pengantar 2
Daftar Isi 3
BAB 1 PENDAHULUAN 4
Latar Belakang 5
Rumusan Masalah 6
Tujuan 4
BAB 2 PEMBAHASAN 5
Pengertian implementasi
Contoh Implementasi Akhlaq Dalam Kehidupan 4
BAB III Penutup
5
Kesimpulan
Daftar Pustaka















BAB 1
Latar Belakang
     Dalam pergaulan sehari – hari antara sesama manusia, agar hubungan ini berjalan dengan baik tentu ada aturan yang harus kita jalankan, bagi kita umat Islam tata cara bergaul tersebut telah diatur dalam Al-Qur’an dan sunnah Rasulllah SAW yang sering kita sebut dengan sifat terpuji atau akhlak terpuji.
     Dalam pembahasan yang akan kami terangkan pada makalah ini, kami akan mengemukakan diantara  bentuk – bentuk akhlak mulai dari pengertian, dalil-dalil, dan contoh-contoh penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
     Hal ini kami susun dalam bentuk sebuah makalah, disamping untuk menambah wawasan, dan agar kami dan segenap pembaca lainnya mampu menjadikan ilmu ini sebagai salah satu rujukan dalam melakukan pergaulan dalam kehidupan sehari – hari. Kemudian juga pembahasan ini kami buat sebagai bentuk tugas dari mata kuliah Akhlaq Tasawuf dan pembelajarannya di UIN Sunan Kalijaga dalam tugas kelompok yang disajikan dalam bentuk makalah.
1.1  Rumusan masalah
1.1.1   Apa yang dimaksud dengan implementasi?
1.1.2   Bagaimana contoh implementasi akhlaq dalam kehidupan?

1.2  Tujuan
1.2.1   Mengetahui pengertian implementasi.
1.2.2   Mengetahui contoh implementasi akhlaq dalam kehidupan.










PEMBAHASAN
Pengertian Implementasi
Implementasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai pelaksanaan atau penerapan. Jadi arti implementasi akhlaq adalah bagaimana cara penerapan akhlaq itu sendiri dalam kehidupan sehari-hari. Rasulullah sebagai suri tauladan telah banyak mencontohkan penerapan akhlaq dalam kehidupan, maka kami akan menjelaskan beberapa akhlaq, pengertian, dalil-dalil dan contohnya.
Contoh Implementasi Akhlaq Dalam Kehidupan
1. Jujur
Jujur adalah perkataan yang benar, sesuai dengan realita yang dilihat oleh orang yang mengatakannya meskipun orang lain tidak mengetahuinya.
Dalil: “ Maka siapakah yang lebuh zolim dari pada orang yang membuat-buat kebohongan terhadap Allah dan mendustakan kebenarang yang datang kepadanya ? bukankah di neraka jahannam tempat tinggal bagi orang-orang kafir.” (az-Zumar:32)
Sifat jujur Rasulullah SAW diimplementasikan dalam pergaulannya  ditengah-tengah masyarakat, dengan sifat ini banyak orang merasa simpati dan kagum akan kepribadiannya. Indikasi ini diperlihatkan oleh beliau ketika sebelum diangkat jadi Rasul, beliau dipercaya oleh siti Khadijah untuk membawa barang-barang dagangannya yang  akan dijual belikan dinegeri  Syam. Ternyata kepercayaan ini dijaga dan dijalankan dengan penuh amanah, sehingga hasil dagangannya memperoleh keuntungan yang besar.Dengan keutamaan sifat ini, membuat Siti Khadijah merasa simpatik dan mengutarakan keinginannya untuk  dijadikan pendamping hidupnya. Akhirnya bagai gayung bersambut, kedua pasangan ini sepakat untuk mengarungi kehidupan rumah tangga.
   2. Pemberani
Dalil: “Wahai orang yang beriman! Apabila kamu bertemu dengan orang-orang kafir yang akan menyerangmu, maka janganlah kamu berbalik membelakangi mereka (mundur). Dan barang siapa mundur pada waktu itu, kecuali berbelok untuk (siasat) perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan yang lain, maka sungguh, orang itu kembali dengan membawa kemurkaan dari Allah. Tempatnya ialah neraka jahannam, dan seburuk-buruk tempat kembali.” (al-Anfal: 15-16)
Ali r. a menceritakan : Apabila keadaan sudah sangat gawat dan api peperangan sudah panas, golongan kita sudah bertemu dan berhadap-hadapan dengan golongan musuh, maka yang paling kita takutkan diri Rasulullah SAW, sebab tidak seorangpun yang terdekat tempatnya dengan musuh itu melainkan beliau. Juga, apabila kaum Musyrikin menyerbu, maka beliau turun dari keledainya dan bersabda “ Aku adalah Nabi tidak berdusta, Aku anak Abdul Muthalib.”( diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim). Pada saat yang demikian itu tidak seorangpun yang tampak lebih bersemangat melakukan peperangan dari pada beliau SAW sendiri. Keberanian ini timbul untuk menegakkan yang benar itu benar dan yang salah itu salah. Hal ini dijelaskan dalam firman Allah (QS.1:147).
  3. Sabar
Secara terminologi sabar berarti menahan diri dari segala sesuatu yang  tidak disukai karena mengharapkan ridha Allah. Dipahami bahwa sabar itu adalah bagaikan pertarungan antara pengaruh agama dengan pengaruh  hawa nafsu.
Menurut Imam Al-Ghazali, sebagaimana yang dikutip oleh Yunahar Ilyas sabar merupakan ciri khas manusia, binatang dan malaikat tidak memerlukan sifat sabar. Binatang tidak memerlukan sifat sabar karena binatang  diciptakan tunduk sepenuhnya kepada hawa nafsunya bahkan hawa nafsunyalah yang mendorong binatang untuk bergerak atau diam. Binatang juga tidak memiliki kekuatan untuk menolak hawa nafsunya. Sedangkan malaikat tidak memerlukan sifat sabar karena memang tidak ada hawa nafsu yang harus dihadapinya. Malaikat cenderung kepada kesucian sehingga tidak diperlukan sifat sabar untuk memelihara dan mempertahankan kesuciannya.
Jelaslah bahwa sifat sabar ini semata-mata hanya bisa dimiliki oleh manusia namun demikian sabar bermacam-macam pula adanya seperti sabar menerima cobaan hidup,sabar dari keinginan hawa nafsu, sabar dalam taat kepada Allah SWT. Sabar dalam pergaulan, sabar dalam perang, sabar dalam berdakwah dan lain sebagainya.
Rasulullah SAW telah mengimplementasikan segala macam sabar dalam kehidupan beliau sehari-hari, di mana sabar beliau jadikan perisai yang ampuh dalam menghadapi berbagai tantangan dan hambatan terutama dalam menjalankan misi dakwahnya. Selama tiga belas tahun berdakwah di kota Mekkah banyak sekali tantangan dari kaum kafir  Quraisy yang tidak mau menerima misi dakwahnya yang disampaikan. Bebagai tantangan dan hambatan yang diperhadapkan kepadanya, misalnya dihina, disakiti perasaannya, dizalimi, baik dengan perbuatan maupun dengan perkataan dan lain sebgainya. Namun tindakan menyurutkan semangat perjuangannya.
Beliau tetap berpegang dengan firman Allah (QS.73:10) 

   
       Terjemahnnya: Dan bersabarlah terhadap apa yang mereka ucapkan dan jauhilah mereka dengan cara yang baik.
    4. Malu
Malu adalah salah satu refleksi iman, bahkan malu dan iman akan selalu hadir bersama-sama. Apabila salah satu hilang yang lain juga ikut hilang. Semakin kuat iman sesorang semakin teballah rasa malunya demikian pula sebaliknya.
Suatu ketika Rasulullah bersabda yang artinya:  Hendaklah kamu merasa malu kepada Allah SWT. Dengan malu yang sebenar-benarnya. Para sahabat menjawab:  Ya Nabiyullah, Alhamdulillah kami sudah merasa malu”, kata Nabi: Tidak segampang itu yang dimaksud dengan malu kepada Allah SWT. dengan sebenarnya malu adalah dengan kemampuan kalian  memelihara kepala beserta  segala isinya, memelihara perut dan apa yang terkandung didalamnya, banyak-banyak mengingat mati dan cobaan (Allah SWT). Siapa yang menginginkan akhirat hendaklah ia meninggalkan perhiasan dunia. Siapa yang telah  mengamalkan demikian, maka demikianlah malu yang sebenarnya kepada Allah SWT. (HR Tirmidzi dan Abdullah bin Mas’ud)”.
Hadits diatas menggambarkan  betapa besarnya rasa malu  dalam mengontrol kehidupan  seorang Muslim. Mulai dari cara berpikir dan apa yang dipikirkan, cara menjaga perut dari makanan haram, sampai pada sikap hidup yang senantiasa ingat kepada kematian biasa dimasukkan sebagai refleksi dari rasa malu kepada Allah SWT. Semakin tinggi rasa malu kepada Allah SWT, semakin terpelihara dari salah, semakin terjaga ia dari makanan  haram dan semakin ingat akan kefanaan dunia ini, sebaliknya semakin  hilang rasa malu maka semakin tak terkontrol pula prilaku seseorang. 
Rasa malu adalah merupakan identitas bagi setiap muslim, rasulullah SAW bersabda:
               Terjemahnya:  Sesungguhnya semua agama itu mempunyai akhlak dan akhlak Islam itu adalah malu ( H.R. Malik)
Dapat dipahami bahwa rasa malu  bagian yang tak terpisahkan dari diri setiap Muslim. Bila hilang rasa malu maka hilang pulalah kepribadian seorang Muslim   maka akan terbiasa berbuat dosa terang- terangan apalagi tersembunyi. Rasulullah sebagai uswatun hasanah bagi umatnya, dalam pergaulan, beliau adalah figur yang pemalu, diceritakan oleh seorang sahabat yang bernama Abu Sa’id Al-khudry bahwa Rasulullah jika melihat sesuatu yang tidak disukainya warna muka beliau akan berubah.
   5. Pemaaf
Pemaaf adalah berlapang dada dalam memberikan maaf kepada orang yang melakukan kesalahan, dengan tanpa disertai rasa benci di hati, apalagi merencanakan pembalasan terhadap orang yang melakukan kesalahan itu,meskipun dia sanggup melakukan pembalasan itu.
Dalil: “jika kamu menyatakan sesuatu kebajikan, menyembunyikannya atau memaafkan sesuatu kesalahan (orang lain), maka sungguh, Allah Maha Pemaaf, Maha Kuasa” ( an-Nisa:149)
Contoh : Pada suatu hari Nabi Muhammad SAW sedang istirahat dibawah pohon , datanglah seorang yang bernama  Datsur dengan mengacungkan pedang untuk membunuhnya. Bertanyalah Datsur kepada beliau Siapakah akan membela dan menyelamatkanmu dari pedang ini?. Maka Nabi Muhammad SAW menjawab ALLAH  . Mendengar kata Allah maka pedang tersebut terlepas dari tangan Datsur dan diambil oleh Nabi Muhammad SAW, sembari bertanya kepada Datsur: Siapakah yang  menyelamatkan jiwamu dari pedang ini?. Maka Datsur  menjawab:  Tidak ada yang membelaku kecuali engkau.  Mendengar sifat kepasrahan Datsur dari ancaman maut, maka seketika Rasulullah SAW memaafkan kesalahan Datsur dan memberikan nasihat kepadanya.
6. Rendah Hati
Tawadu adalah sikap rendah hati, namun tidak sampai merendahkan kehormatan diri dan tidak pula memberi peluang orang lain untuk melecehkan kemuliaan diri.
Dalil:“Akan aku palingkan dari tanda-tanda (kekuasaan-Ku) orang-orang yang menyombongkan diri di bumi tanpa alasan yang benar...” (al-A’raf 146)
Contoh : Dari Abu Said Al-Khudri dia berkata, “ rasulullah SAW memberi makan hewan-hewan piaraan,mengikat unta,membersihkan rumah, memeras susu kambing, memperbaiki sandal, menjahit baju, makan bersama pembantunya, membantu menumbuk ( gandum) bila pembantunya capek, membeli sesuatu dari pasar dan membawanya sendiri ke rumah, berjabat tangan dengan orang kaya, orang fakir, orang tua, anak muda, memulai memberi salam kepada setiap orang yang ditemuinya, baik itu besar, kecil, orang berkulit hitam atau putih, orang merdeka atau budak. “5   
7. Zuhud
            Zuhud dibagi menjadi 3 macam, yaitu:
a.       Zuhud terhadap kemusyrikan dan semua hal yang disembah selain Allah SWT
b.      Zuhud terhadap hal-hal yang diharamkan oleh agama
c.       Zuhud terhadap hal-hal yang dihalalkan oleh agama
Dalil : “zuhudlah (jauhkan hati dari kesibukan memikirkan) terhadap dunia, Allah akan mencintaimu. Dan zuhudlah (jauhkan hati dari kesibukan memikirkan) terhadap hal-hal yang dimiliki orang lain maka orang-orang akan mencintaimu.” (H.R Ibnu Majjah)
Contoh : Rasullulah pernah diberi uang beberapa dinar kemudian beliau membagikan uang itu kepada orang-orang yang membutuhkan dan yang tersisa hanya enam dinar saja. Beliau menitipkan sisa uang itu ke salah satu istrinya, namun pada malam harinya beliau tidak bisa tidur da akhirnya beliau bangun dan membagi sisa uang tersebut. Setelah itu beliau bekata, “ sekarang saya baru merasa tenang.”
8. Amanah
            Amanah dalam pengertian khusus adalah sikap bertanggung jawab orang yang dititipi barang atau harta atau lainnya dengan mengembalikannya kepada orang yang mempunyai barang atau harta itu. Dia menyadari bahwa dirinya hanya bertugas menjaga barang atau harta tersebut jangan sampai rusak atau hilang, dia sama sekali tidak mempunyai hak untuk menggunakannya. Jika orang yang mempunyai harta atau barang itu meminta kembali, dia dengan serta merta akan mengembalikan harta atau barang tersebut.
            Adapun arti amanah secara umum, sangat luas sekali. Sehingga menyimpan rahasia, tulus dalam memberikan masukan kepada orang yang meminta pendapat dan menyampaikan pesan kepada pihak yang benar (sesuai dengan permintaan orang yang berpesan) juga termasuk amanah. Orang yang menceritakan rahasianya kepadamu berarti dia percaya kepadamu bahwa kamu bisa menyimpan rahasia itu,
            Dalil : “sungguh Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya...” (an-Nisa:58)
9. Menepati Janji
            Dalil : “ ... Dan penuhilah janjimu kepada-Ku, niscaya Aku penuhi janji-Ku kepadamu, dan takutlah kepada-Ku.” ( al-Baqarah:40)
“...dan penuhilah janji, karena janji itu pasti diminta pertanggungjawabannya.” (al-Isra’:34)

           


Tidak ada komentar:

Posting Komentar