MAKALAH AKLAQ TASAWUF
“Implementasi Akhlaq Dalam Kehidupan”
Dosen Pembimbing : Maksudin
Mata Kuliah : Akhlaq Tasawuf
Kelompok :
Nabilah Ulfah (15420004)
Hamasliko Mahdawati (15420015)
Siti Khur Fatonah (15420027)
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2015
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum
warohmatullahi wabarokatu
Alhamdulillahirabbil’alamin segala puji
dan syukur kehadirat Allah subhanahuwataala,
yang telah memberikan nikmat kesehatan dan hidayah-Nya sehingga karya tulis
ini dapat terselesaikan. Sholawat serta salam tercurahkan kepada sayyidina
Muhammad sallahualaihiwasalam yang
telah membawa umat manusia ke jalan yang lurus.
Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada bapak selaku dosen pengajar mata kuliah akhlaq tasawuf yang terlah
memberi kami tugas untuk menyusun makalah ini sehingga kami bisa belajar lebih
banyak lagi bagaimana cara menyusun makalah.
Semoga makalah ini dapat memberikan
wawasan yang lebih luas kepada para pembaca walaupun makalah ini masih banyak
kekurangan dalam penyusunannya mohon untuk dapat memberikan saran dan
kritiknya,Terima Kasih.
Wassalamualaikum
warohmatullahi wabarokatuh
DAFTAR ISI
Halaman Judul
1
Kata
Pengantar
2
Daftar
Isi
3
BAB 1 PENDAHULUAN
4
Latar
Belakang
5
Rumusan
Masalah
6
Tujuan 4
BAB
2 PEMBAHASAN
5
Pengertian
implementasi
Contoh Implementasi Akhlaq Dalam Kehidupan 4
BAB III Penutup 5
Kesimpulan
Daftar Pustaka
Contoh Implementasi Akhlaq Dalam Kehidupan 4
BAB III Penutup 5
Kesimpulan
Daftar Pustaka
BAB 1
Latar Belakang
Dalam pergaulan sehari – hari antara sesama manusia, agar hubungan ini berjalan
dengan baik tentu ada aturan yang harus kita jalankan, bagi kita umat Islam
tata cara bergaul tersebut telah diatur dalam Al-Qur’an dan sunnah Rasulllah
SAW yang sering kita sebut dengan sifat terpuji atau akhlak terpuji.
Dalam
pembahasan yang akan kami terangkan pada makalah ini, kami akan mengemukakan
diantara bentuk – bentuk akhlak mulai dari pengertian, dalil-dalil, dan
contoh-contoh penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Hal ini kami susun dalam bentuk sebuah makalah, disamping untuk menambah
wawasan, dan agar kami dan segenap pembaca lainnya mampu menjadikan ilmu ini
sebagai salah satu rujukan dalam melakukan pergaulan dalam kehidupan sehari –
hari. Kemudian juga pembahasan ini kami buat sebagai bentuk tugas dari mata
kuliah Akhlaq Tasawuf dan pembelajarannya di UIN Sunan Kalijaga dalam tugas
kelompok yang disajikan dalam bentuk makalah.
1.1 Rumusan masalah
1.1.1
Apa yang dimaksud dengan implementasi?
1.1.2
Bagaimana
contoh implementasi akhlaq dalam kehidupan?
1.2 Tujuan
1.2.1
Mengetahui pengertian implementasi.
1.2.2
Mengetahui contoh implementasi akhlaq dalam kehidupan.
PEMBAHASAN
Pengertian Implementasi
Implementasi
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai pelaksanaan atau
penerapan. Jadi arti implementasi akhlaq adalah bagaimana cara penerapan akhlaq
itu sendiri dalam kehidupan sehari-hari. Rasulullah sebagai suri tauladan telah
banyak mencontohkan penerapan akhlaq dalam kehidupan, maka kami akan
menjelaskan beberapa akhlaq, pengertian, dalil-dalil dan contohnya.
Contoh
Implementasi Akhlaq Dalam Kehidupan
1. Jujur
Jujur adalah perkataan yang benar, sesuai
dengan realita yang dilihat oleh orang yang mengatakannya meskipun orang lain
tidak mengetahuinya.
Dalil: “ Maka siapakah yang lebuh zolim dari
pada orang yang membuat-buat kebohongan terhadap Allah dan mendustakan
kebenarang yang datang kepadanya ? bukankah di neraka jahannam tempat tinggal
bagi orang-orang kafir.” (az-Zumar:32)
Sifat jujur Rasulullah SAW
diimplementasikan dalam pergaulannya ditengah-tengah masyarakat, dengan
sifat ini banyak orang merasa simpati dan kagum akan kepribadiannya. Indikasi
ini diperlihatkan oleh beliau ketika sebelum diangkat jadi Rasul, beliau
dipercaya oleh siti Khadijah untuk membawa barang-barang dagangannya yang
akan dijual belikan dinegeri Syam. Ternyata kepercayaan ini dijaga
dan dijalankan dengan penuh amanah, sehingga hasil dagangannya memperoleh
keuntungan yang besar.Dengan keutamaan sifat ini, membuat Siti Khadijah merasa
simpatik dan mengutarakan keinginannya untuk dijadikan pendamping
hidupnya. Akhirnya bagai gayung bersambut, kedua pasangan ini sepakat untuk
mengarungi kehidupan rumah tangga.
2. Pemberani
Dalil: “Wahai orang yang beriman! Apabila kamu
bertemu dengan orang-orang kafir yang akan menyerangmu, maka janganlah kamu
berbalik membelakangi mereka (mundur). Dan barang siapa mundur pada waktu itu,
kecuali berbelok untuk (siasat) perang atau hendak menggabungkan diri dengan
pasukan yang lain, maka sungguh, orang itu kembali dengan membawa kemurkaan
dari Allah. Tempatnya ialah neraka jahannam, dan seburuk-buruk tempat kembali.”
(al-Anfal: 15-16)
Ali r. a menceritakan : Apabila keadaan sudah
sangat gawat dan api peperangan sudah panas, golongan kita sudah bertemu dan
berhadap-hadapan dengan golongan musuh, maka yang paling kita takutkan diri
Rasulullah SAW, sebab tidak seorangpun yang terdekat
tempatnya dengan musuh itu melainkan beliau. Juga, apabila kaum Musyrikin
menyerbu, maka beliau turun dari keledainya dan bersabda “ Aku adalah Nabi
tidak berdusta, Aku anak Abdul Muthalib.”( diriwayatkan oleh Bukhari dan
Muslim). Pada saat yang demikian itu tidak seorangpun yang tampak lebih
bersemangat melakukan peperangan dari pada beliau SAW
sendiri. Keberanian ini timbul untuk menegakkan yang benar itu benar dan yang
salah itu salah. Hal ini dijelaskan dalam firman Allah (QS.1:147).
3. Sabar
Secara terminologi sabar berarti menahan diri
dari segala sesuatu yang tidak disukai karena mengharapkan ridha Allah.
Dipahami bahwa sabar itu adalah bagaikan pertarungan antara pengaruh agama
dengan pengaruh hawa nafsu.
Menurut Imam Al-Ghazali, sebagaimana yang
dikutip oleh Yunahar Ilyas sabar merupakan ciri khas manusia, binatang dan
malaikat tidak memerlukan sifat sabar. Binatang tidak memerlukan sifat sabar
karena binatang diciptakan tunduk sepenuhnya kepada hawa nafsunya bahkan
hawa nafsunyalah yang mendorong binatang untuk bergerak atau diam. Binatang
juga tidak memiliki kekuatan untuk menolak hawa nafsunya. Sedangkan malaikat
tidak memerlukan sifat sabar karena memang tidak ada hawa nafsu yang harus
dihadapinya. Malaikat cenderung kepada kesucian sehingga tidak diperlukan sifat
sabar untuk memelihara dan mempertahankan kesuciannya.
Jelaslah bahwa sifat sabar ini semata-mata
hanya bisa dimiliki oleh manusia namun demikian sabar bermacam-macam pula
adanya seperti sabar menerima cobaan hidup,sabar dari keinginan hawa nafsu,
sabar dalam taat kepada Allah SWT. Sabar dalam
pergaulan, sabar dalam perang, sabar dalam berdakwah dan lain sebagainya.
Rasulullah SAW telah
mengimplementasikan segala macam sabar dalam kehidupan beliau sehari-hari, di
mana sabar beliau jadikan perisai yang ampuh dalam menghadapi berbagai
tantangan dan hambatan terutama dalam menjalankan misi dakwahnya. Selama tiga
belas tahun berdakwah di kota Mekkah banyak sekali tantangan dari kaum kafir
Quraisy yang tidak mau menerima misi dakwahnya yang disampaikan. Bebagai
tantangan dan hambatan yang diperhadapkan kepadanya, misalnya dihina, disakiti
perasaannya, dizalimi, baik dengan perbuatan maupun dengan perkataan dan lain
sebgainya. Namun tindakan menyurutkan semangat perjuangannya.
Beliau tetap berpegang dengan firman Allah
(QS.73:10)
Terjemahnnya: Dan
bersabarlah terhadap apa yang mereka ucapkan dan jauhilah mereka dengan cara
yang baik.
4. Malu
Malu adalah salah satu refleksi iman, bahkan
malu dan iman akan selalu hadir bersama-sama. Apabila salah satu hilang yang
lain juga ikut hilang. Semakin kuat iman sesorang semakin teballah rasa malunya
demikian pula sebaliknya.
Suatu ketika Rasulullah bersabda yang artinya:
Hendaklah kamu merasa malu kepada Allah SWT.
Dengan malu yang sebenar-benarnya. Para sahabat menjawab: Ya Nabiyullah,
Alhamdulillah kami sudah merasa malu”, kata Nabi: Tidak segampang itu yang
dimaksud dengan malu kepada Allah SWT. dengan
sebenarnya malu adalah dengan kemampuan kalian memelihara kepala beserta
segala isinya, memelihara perut dan apa yang terkandung didalamnya,
banyak-banyak mengingat mati dan cobaan (Allah SWT). Siapa
yang menginginkan akhirat hendaklah ia meninggalkan perhiasan dunia. Siapa yang
telah mengamalkan demikian, maka demikianlah malu yang sebenarnya kepada
Allah SWT. (HR Tirmidzi dan Abdullah bin Mas’ud)”.
Hadits diatas menggambarkan betapa
besarnya rasa malu dalam mengontrol kehidupan seorang Muslim. Mulai
dari cara berpikir dan apa yang dipikirkan, cara menjaga perut dari makanan
haram, sampai pada sikap hidup yang senantiasa ingat kepada kematian biasa
dimasukkan sebagai refleksi dari rasa malu kepada Allah SWT.
Semakin tinggi rasa malu kepada Allah SWT, semakin
terpelihara dari salah, semakin terjaga ia dari makanan haram dan semakin
ingat akan kefanaan dunia ini, sebaliknya semakin hilang rasa malu maka
semakin tak terkontrol pula prilaku seseorang.
Rasa malu adalah merupakan identitas bagi
setiap muslim, rasulullah SAW bersabda:
Terjemahnya: Sesungguhnya semua agama itu mempunyai akhlak
dan akhlak Islam itu adalah malu ( H.R. Malik)
Dapat dipahami bahwa rasa malu bagian
yang tak terpisahkan dari diri setiap Muslim. Bila hilang rasa malu maka hilang
pulalah kepribadian seorang Muslim maka akan terbiasa berbuat dosa
terang- terangan apalagi tersembunyi. Rasulullah sebagai uswatun hasanah bagi
umatnya, dalam pergaulan, beliau adalah figur yang pemalu, diceritakan oleh
seorang sahabat yang bernama Abu Sa’id Al-khudry bahwa Rasulullah jika melihat
sesuatu yang tidak disukainya warna muka beliau akan berubah.
5. Pemaaf
Pemaaf adalah berlapang dada dalam memberikan
maaf kepada orang yang melakukan kesalahan, dengan tanpa disertai rasa benci di
hati, apalagi merencanakan pembalasan terhadap orang yang melakukan kesalahan
itu,meskipun dia sanggup melakukan pembalasan itu.
Dalil: “jika kamu menyatakan sesuatu kebajikan,
menyembunyikannya atau memaafkan sesuatu kesalahan (orang lain), maka sungguh,
Allah Maha Pemaaf, Maha Kuasa” ( an-Nisa:149)
Contoh : Pada suatu hari Nabi Muhammad SAW sedang istirahat dibawah pohon , datanglah seorang yang
bernama Datsur dengan mengacungkan pedang untuk membunuhnya. Bertanyalah
Datsur kepada beliau Siapakah akan membela dan menyelamatkanmu dari pedang
ini?. Maka Nabi Muhammad SAW menjawab ALLAH
. Mendengar kata Allah maka pedang tersebut terlepas dari tangan Datsur
dan diambil oleh Nabi Muhammad SAW, sembari bertanya
kepada Datsur: Siapakah yang menyelamatkan jiwamu dari pedang ini?. Maka
Datsur menjawab: Tidak ada yang membelaku kecuali engkau.
Mendengar sifat kepasrahan Datsur dari ancaman maut, maka seketika
Rasulullah SAW memaafkan kesalahan Datsur dan
memberikan nasihat kepadanya.
6. Rendah Hati
Tawadu adalah sikap rendah hati, namun tidak sampai merendahkan kehormatan
diri dan tidak pula memberi peluang orang lain untuk melecehkan kemuliaan diri.
Dalil:“Akan aku palingkan dari tanda-tanda (kekuasaan-Ku) orang-orang yang
menyombongkan diri di bumi tanpa alasan yang benar...” (al-A’raf 146)
Contoh : Dari Abu Said Al-Khudri dia berkata, “ rasulullah SAW memberi
makan hewan-hewan piaraan,mengikat unta,membersihkan rumah, memeras susu
kambing, memperbaiki sandal, menjahit baju, makan bersama pembantunya, membantu
menumbuk ( gandum) bila pembantunya capek, membeli sesuatu dari pasar dan
membawanya sendiri ke rumah, berjabat tangan dengan orang kaya, orang fakir,
orang tua, anak muda, memulai memberi salam kepada setiap orang yang
ditemuinya, baik itu besar, kecil, orang berkulit hitam atau putih, orang
merdeka atau budak. “5
7. Zuhud
Zuhud dibagi menjadi 3 macam, yaitu:
a.
Zuhud terhadap
kemusyrikan dan semua hal yang disembah selain Allah SWT
b.
Zuhud terhadap hal-hal
yang diharamkan oleh agama
c.
Zuhud terhadap hal-hal
yang dihalalkan oleh agama
Dalil : “zuhudlah
(jauhkan hati dari kesibukan memikirkan) terhadap dunia, Allah akan
mencintaimu. Dan zuhudlah (jauhkan hati dari kesibukan memikirkan) terhadap
hal-hal yang dimiliki orang lain maka orang-orang akan mencintaimu.” (H.R Ibnu
Majjah)
Contoh : Rasullulah
pernah diberi uang beberapa dinar kemudian beliau membagikan uang itu kepada
orang-orang yang membutuhkan dan yang tersisa hanya enam dinar saja. Beliau
menitipkan sisa uang itu ke salah satu istrinya, namun pada malam harinya
beliau tidak bisa tidur da akhirnya beliau bangun dan membagi sisa uang
tersebut. Setelah itu beliau bekata, “ sekarang saya baru merasa tenang.”
8. Amanah
Amanah dalam pengertian khusus adalah sikap bertanggung
jawab orang yang dititipi barang atau harta atau lainnya dengan
mengembalikannya kepada orang yang mempunyai barang atau harta itu. Dia
menyadari bahwa dirinya hanya bertugas menjaga barang atau harta tersebut jangan
sampai rusak atau hilang, dia sama sekali tidak mempunyai hak untuk
menggunakannya. Jika orang yang mempunyai harta atau barang itu meminta
kembali, dia dengan serta merta akan mengembalikan harta atau barang tersebut.
Adapun arti amanah secara umum, sangat luas sekali.
Sehingga menyimpan rahasia, tulus dalam memberikan masukan kepada orang yang
meminta pendapat dan menyampaikan pesan kepada pihak yang benar (sesuai dengan
permintaan orang yang berpesan) juga termasuk amanah. Orang yang menceritakan rahasianya
kepadamu berarti dia percaya kepadamu bahwa kamu bisa menyimpan rahasia itu,
Dalil : “sungguh Allah menyuruhmu menyampaikan amanat
kepada yang berhak menerimanya...” (an-Nisa:58)
9. Menepati Janji
Dalil : “ ... Dan penuhilah janjimu kepada-Ku, niscaya
Aku penuhi janji-Ku kepadamu, dan takutlah kepada-Ku.” ( al-Baqarah:40)
“...dan penuhilah
janji, karena janji itu pasti diminta pertanggungjawabannya.” (al-Isra’:34)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar